Dakwah, Assertive yuk !!!
Dalam setiap dakwah kita akan
menemukan berbagai hambatan yang setiap saat menghadang, tak jarang celaan
makian atau bahkan ancaman sering kali datang. Namun itulah dakwah sebuah
tantangan merupaan keniscayaan, yang tidak bisa di pisahkan dari dakwah itu sendiri.
Datangnya tantangan tentu
berabeka ragam bisa jadi faktor
eksternal atau dari kita sendiri yang salah atau kurang memanajeman dakwah
dengan baik.
Di samping itu dakwah merupakan aktivitas
merubah pemikiran masyarakat yang salah dan sudah lama tercekoki paham-paham dari luar yang
bertentangan dengan islam. jadi perlu
manajemen yang baik agar dakwah kita bisa memberi gambaran kepada umat mana
yang pemikira-pemikiran islam dan mana yang paham-paham yang bertentangan
dengan islam.
Dulu awal-awal dakwah saya
termasuk orang yang begitu idealis di tambah denagn semangat yang begitu besar
namun hal itu tidak di imbangi dengan cara komunikasi yang baik dan masih belum
mampu bijak. al hasil saya katakan dakwah saya gagal bukanya mereka sadar malah
mereka menjadi semakin benci dan menjauh.
Namun seiring berjalanya waktu
sayapun menyadari perlu teknik dan manajamen dakwah. Mungkin in hanya uslub
dakwah yang bisa kita aplikasikan .
Kita sadar yang tugas kita adlah
menyadarakan umat akan pemahaman-pemahaman barat yang bisa merusak akidah dan
mengancam kehidupan umat islam. Tentu ini bukan persoalan mudah karena
paham-paham ini sudah mencekoki sebagian umat islam begitu lama sehingga bisa
di katakan telah mengakar pada pemikiran-pemikiran uamt islam sehingga sulit di
bedakan mana paham islam mana paham yang ebrtentangan dengan islam, mana musah mana
lawan.
Beberapa kali saya melihat ketika kita terlalu
frontal dan memaksakan ide kita tanpa bisa memainkan ritme dakwah dengan
kondisi objek dakwah kita yang terjadi buaknlah diskusi yang sehat namun debat
yang tak berujung dan tanpa arah. Tentu ini merupakan kesalahan kita dalam
mengkomunikasihkan ide-ide kita. Di sisi
lain saya melihat ada yang mampu dengan baik mengkomuniksihkanya dengan baik,
dan yang terjadi addalah diskusi yang mampu bertukar pikiran sehingga objek
dakwah mampu menerima ide-ide kita. Ya assertive !!!
Okay, topik obrolan kita saat ini
memang soal asertif. Karena ketika saya cek di KBBI kata itu belum masuk,
berarti yang benar adalah assertive.
Ya, assertivity pada prinsipnya adalah kemampuan kita
mengkomunikasikan apa isi kepala kita, keinginan kita, kemauan kita atau
gagasan kita kepada orang lain secara baik.
Contoh sederhana ketika teman
kita belum mampu untuk berjilbab syar’i lalu kitilang, “percuma kalau berjibab
tapi masih belum syari”, tentu ini bukanlah cara komuikasi yang aseritive.
Ops, mari kita stop gaya
berinteraksi seperti ini dalam dakwah. Coba jika lawan bicara kita justru
men-skak mat kita dengan ucapan: “Emang kamu sudah merasa paling benar sendiri,!
Tu , bisa jadi seperti itu ....
!!!.
Ini hanya uslub dakwah yang
mungkin bisa kita aplikasikan dalam aktivitas dakwah kita. Tetapi memang sangat
tidak realistis mengharapkan orang tahu apa yang kita inginkan jika kita tidak
mencoba mengutarakan isi hati kita secara tepat!
* * *
assertive merupakan sebuah ketrampilan
yang wajib kita kuasai. Dengan sikap assertive itu, bahkan kekritisan kita,
ketidaksetujuan kita, dan berbagai kontra yang ada di pikiran kita, bisa
diterima oleh orang lain tanpa kita kudu menyakiti orang tersebut. Ya, karena
assertivity itu sesungguhnya berawal dari kejujuran kita yang dibungkus dengan
kesantunan serta cara berkomunikasi yang baik. Namun tetap dengan sikap tegas
kita
Lalu bisa kita pahami bahwa Assertive
bukanlah sifat agresif, yakni cenderung menyerang, menyepelekan, dan memaksakan
orang untuk menerima pendapat kita. Assertive ada di tengah-tengah antara sikap
agresif dengan laku non assertive.
Lantas, yang perlu kita
kembangkan selanjutnya adalah kemampuan berkomunikasi. Hal yang terpenting
dalam sebuah komunikasi adalah: tersampaikannya pesan dari si pemberi pesan
tanpa adanya penafsiran yang berbeda dari si penerima pesan. Coba bandingkan
dua kalimat ini:
“ sahabatku kamu tu sudah cantik
, baik dan sholihah lagi , coba deh kalu jilbabnya di sempurnakan lagi , yang
lebih syar’i gtu , pasti tambah cantik dan bagus deh “
Saya kira ucapan ini jauh lebih
assertive daripada ketika kita berkata, “percuma sholat dan puasa kalau pakian
kamu masih ketat dan jilbabmu belum syar’i kalu masuk islam tu yach harus
sempurna !”
Itu mungkin contoh sederhana yang
bisa kita bedakan cara penyampainya , bagaimana cara mengkomunikasikanya dengan
bahasa yang merangkul.
Namun sikap assertive bukan
berarti menghilangkan ketegasan kita dalam menyampaikan , bukan menghalalkan
yang haram , jadi tetap dengan ketegasan hanya saja begaimana kita
menyampaikanya dengan bahasa yang lebih bisa merekan terima . tentu setiap
pengeban dakwah menghadapi situasi dan kondisi yang berbeda dalam berdakwah,
yang di desa tentu beda dengan yang ada di kota besar, yang di kampus tentu
beda dengan yang di desa, kita pun harus tahu dengan bahasa apa arguman kita
bisa di terima dengn baik. Dan sikap assertive bukan berarti menghilangkan
idealis kita.
Jadi assertive hanya uslub dakwah
, dan bagaimana cara kita berinteraksi dengan baik dengan objek dakwah kita.
Dangan tetap berjalan di thoriqoh yang telah di contohkan oleh rasulullah.
Assertive yuk
Allahu’alam ....
NB :”
Tulisan ini terinspirasi dari salah satu artikel teman kemudian coba saya
kaitkan dengan dakwah. “
Follow me
Gresik, 05-08-14
0 komentar :
Posting Komentar