Senin, 04 Agustus 2014



Dakwah, Assertive yuk !!!

Dalam setiap dakwah kita akan menemukan berbagai hambatan yang setiap saat menghadang, tak jarang celaan makian atau bahkan ancaman sering kali datang. Namun itulah dakwah sebuah tantangan merupaan keniscayaan, yang tidak bisa di pisahkan dari dakwah itu sendiri.

Datangnya tantangan tentu berabeka ragam bisa jadi  faktor eksternal atau dari kita sendiri yang salah atau kurang memanajeman dakwah dengan baik.

Di samping itu dakwah merupakan aktivitas merubah pemikiran masyarakat yang salah dan sudah lama tercekoki paham-paham dari luar yang bertentangan dengan islam. jadi  perlu manajemen yang baik agar dakwah kita bisa memberi gambaran kepada umat mana yang pemikira-pemikiran islam dan mana yang paham-paham yang bertentangan dengan islam.

Dulu awal-awal dakwah saya termasuk orang yang begitu idealis di tambah denagn semangat yang begitu besar namun hal itu tidak di imbangi dengan cara komunikasi yang baik dan masih belum mampu bijak. al hasil saya katakan dakwah saya gagal bukanya mereka sadar malah mereka menjadi semakin benci dan menjauh. 

Namun seiring berjalanya waktu sayapun menyadari perlu teknik dan manajamen dakwah. Mungkin in hanya uslub dakwah yang bisa kita aplikasikan .

Kita sadar yang tugas kita adlah menyadarakan umat akan pemahaman-pemahaman barat yang bisa merusak akidah dan mengancam kehidupan umat islam. Tentu ini bukan persoalan mudah karena paham-paham ini sudah mencekoki sebagian umat islam begitu lama sehingga bisa di katakan telah mengakar pada pemikiran-pemikiran uamt islam sehingga sulit di bedakan mana paham islam mana paham yang ebrtentangan dengan islam, mana musah mana lawan.

Beberapa kali saya melihat ketika kita terlalu frontal dan memaksakan ide kita tanpa bisa memainkan ritme dakwah dengan kondisi objek dakwah kita yang terjadi buaknlah diskusi yang sehat namun debat yang tak berujung dan tanpa arah. Tentu ini merupakan kesalahan kita dalam mengkomunikasihkan ide-ide kita.  Di sisi lain saya melihat ada yang mampu dengan baik mengkomuniksihkanya dengan baik, dan yang terjadi addalah diskusi yang mampu bertukar pikiran sehingga objek dakwah mampu menerima ide-ide kita. Ya assertive !!!

Okay, topik obrolan kita saat ini memang soal asertif. Karena ketika saya cek di KBBI kata itu belum masuk, berarti yang benar adalah assertive. 

Ya, assertivity  pada prinsipnya adalah kemampuan kita mengkomunikasikan apa isi kepala kita, keinginan kita, kemauan kita atau gagasan kita kepada orang lain secara baik.

Contoh sederhana ketika teman kita belum mampu untuk berjilbab syar’i lalu kitilang, “percuma kalau berjibab tapi masih belum syari”, tentu ini bukanlah cara komuikasi yang aseritive.

Ops, mari kita stop gaya berinteraksi seperti ini dalam dakwah. Coba jika lawan bicara kita justru men-skak mat kita dengan ucapan: “Emang kamu sudah merasa paling benar sendiri,!
Tu , bisa jadi seperti itu .... !!!. 

Ini hanya uslub dakwah yang mungkin bisa kita aplikasikan dalam aktivitas dakwah kita. Tetapi memang sangat tidak realistis mengharapkan orang tahu apa yang kita inginkan jika kita tidak mencoba mengutarakan isi hati kita secara tepat!


* * *

assertive merupakan sebuah ketrampilan yang wajib kita kuasai. Dengan sikap assertive itu, bahkan kekritisan kita, ketidaksetujuan kita, dan berbagai kontra yang ada di pikiran kita, bisa diterima oleh orang lain tanpa kita kudu menyakiti orang tersebut. Ya, karena assertivity itu sesungguhnya berawal dari kejujuran kita yang dibungkus dengan kesantunan serta cara berkomunikasi yang baik. Namun tetap dengan sikap tegas kita

Lalu bisa kita pahami bahwa Assertive bukanlah sifat agresif, yakni cenderung menyerang, menyepelekan, dan memaksakan orang untuk menerima pendapat kita. Assertive ada di tengah-tengah antara sikap agresif dengan laku non assertive.

Lantas, yang perlu kita kembangkan selanjutnya adalah kemampuan berkomunikasi. Hal yang terpenting dalam sebuah komunikasi adalah: tersampaikannya pesan dari si pemberi pesan tanpa adanya penafsiran yang berbeda dari si penerima pesan. Coba bandingkan dua kalimat ini:

sahabatku kamu tu sudah cantik , baik dan sholihah lagi , coba deh kalu jilbabnya di sempurnakan lagi , yang lebih syar’i gtu , pasti tambah cantik dan bagus deh  

Saya kira ucapan ini jauh lebih assertive daripada ketika kita berkata, “percuma sholat dan puasa kalau pakian kamu masih ketat dan jilbabmu belum syar’i kalu masuk islam tu yach harus sempurna !” 

Itu mungkin contoh sederhana yang bisa kita bedakan cara penyampainya , bagaimana cara mengkomunikasikanya dengan bahasa yang merangkul.

Namun sikap assertive bukan berarti menghilangkan ketegasan kita dalam menyampaikan , bukan menghalalkan yang haram , jadi tetap dengan ketegasan hanya saja begaimana kita menyampaikanya dengan bahasa yang lebih bisa merekan terima . tentu setiap pengeban dakwah menghadapi situasi dan kondisi yang berbeda dalam berdakwah, yang di desa tentu beda dengan yang ada di kota besar, yang di kampus tentu beda dengan yang di desa, kita pun harus tahu dengan bahasa apa arguman kita bisa di terima dengn baik. Dan sikap assertive bukan berarti menghilangkan idealis kita.

Jadi assertive hanya uslub dakwah , dan bagaimana cara kita berinteraksi dengan baik dengan objek dakwah kita. Dangan tetap berjalan di thoriqoh yang telah di contohkan oleh rasulullah.

Assertive yuk

Allahu’alam ....

NB :” Tulisan ini terinspirasi dari salah satu artikel teman kemudian coba saya kaitkan dengan dakwah. “

Follow me

Gresik, 05-08-14

0 komentar :

Posting Komentar