Kamis, 09 Juli 2015


Sekuntum mawar di padang gersang
Harumnya menyerbak kesekitarnya
Indahnya menyeruak kesekelilingnya
Ke elokanya menarik mata disekelilingnya
Itulah mawar di tengah padang yang gersang
Keistimewaanya terpancar menyeruak ke hati siapa yang melihatnya

Mungkin Ada yang terlihat kontras ketika kita menyandingkan bunga mawar yang penuh keindahan dengan padang pasir yang gersang menyengat. Mendengar ungkapan sekuntum mawar, maka yang terlintas dalam benak kita adalah sesuatu yang wangi, segar, sejuk, indah, ada kupu-kupu dan kumbang dan keindahan lain yang ada padanya.

Sebaliknya, ketika kita mendengar ungkapan padang pasir, maka yang tergambar dalam benak kita adalah sebuah tempat yang tandus,  gersang, kering  kerontang, panas, debu-debu yang berterbangan.
Dua sisi ini terlihat sangat kontra, seakan dua hal yang tidak bisa bersama beriringan, seakan dua hal yang tak mungkin bersatu dala satu waktu. Memang benar dalam gambaran kita dua hal ini tak mungkinlah bersatu, mawar sesuatu yang indah , harum dan segar yang membutuhkan tanah yang subur sebagi tempatnya. Tumbuh di padang pasir yang gersang dan tandus. ini hanyalah perumpamaan yang bisa kita petik hikmah dan pelajaran.

Sekuntum mawar ditengah padang pasir adalah perumpamaan muslimah hari ini. Layaknya bunga mawar yang indah, harum dan memancarkan keindahan harus tumbuh di padang pasir yang kering dan gersang. Layaknya muslimah ayang harus hidup di zaman yang penuh fitnah, Lebih banyak cobaan dan ancaman. Zaman yang yang waktunya menibukan dan  mengikis kemualiaan soerang muslimah, seakan izzah dan iffah nya harus di sejajarkan dengan nilai-nilai materi semata, seakan keistimewaanya harus di sejajarkan dengan nilai dunia yang hina.

Tidak bisa dipungkiri, ini zaman serba kapitalis. Semua hal hanya di ukur dengan materi, atas nama kebebasan semua berhak berucap dan berpendapat. Kita bisa lihat di sekeliling kita,  dengan alasan mengikuti trend banyak wanita muslim yang berpakaian yang mempertontonkan auratnya. Serba tipis dan minimalis. Dengan dalih ingin di anggap modern, mereka rela di mengobral kemuliaanya dengan lelaki yang bukan mahromnya. atas nama emansipasi , mereka minta berdiri sejajar denagn kaum lelaki. Dan itu mereka anggap benar dan membawa kemuliaan pada dirinya.

Bahkan Tidak sedikit dari para Muslimah yang dulunya istiqamah dan berhati-hati dalam pergaulan, khususnya dengan lelaki yang non muhrimnya, namun setelah masuk ke dunia kampus atau dunia kerja, prinsipnya sedikit demi sedikit luntur. Alasannya sederhana, demi profesionalme pekerjaan. Kalau tidak begitu takut dibilang ‘kolot’ atau sok suci. Komitmen pun diterjang. Akhirnya pergaulan dengan lawan jenis pun berlebih dan mengarah pada keharaman.

Padahal wanita (Muslimah) adalah sosok sentral yang manjadi penentu, apakah peradaban islam bisa maju atau tidak, karena ditanganyalah generasi islam belajar, karena di tanganyalah sumber inspirasi dan semangat para pejuang. 

Inilah padang gersang peradaban, Terik ‘fitnah’ menyengat begitu panas, Debu-debu ‘kemaksiatan’ bertebaran dimana-dimana melekat di sekujur badan, berterbangan di setiap gerak, tak ada air dan ada oaese tuk basahkan tenggorokan. Fitnah datang dan seolah-olah ada disetiap celah kehidupan muslimah. begitu mengerikan kehidupan muslimha di zaman ini.

Padahal didalam islam wanita (Muslimah) begitu dimuliakan dan mendapat perlindungan dari seua hal yang membahayakan diri dan kehormatanya. Allah begitu mengistimewakanya, ini tergambar dalam sebuah hadits :

“Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, puasa bulan Ramadhannya, menjaga kemaluannya, menaati suaminya, akan dikatakan kepadanya: masuklah kepada Surga dari pintu manapun yang kamu mau.” (HR.Ibnu Hibban, Dishahihkan oleh Al Albani dalam shahih al Jami’)

Padang gersang peradaban, Sangat panas dan terik. Jika terlena dengan keadaan, maka ibarat bunga, ruh keislamannya akan layu, atau bahkan mati. Kemuliaanyapun akan tergadaia. lalu siapakah kuntum-kuntum bunga yang masih sanggup merekah dibawah sengatan terik pans di padang gersang ?

Mereka adalah para muslimah yang masih menjaga kehormatannya disaat wanita-wanita lain mengobralnya dengan harga murah.
Mereka adalah para muslimah yang bersungguh-sungguh memegang al-Qur’an dan as-Sunnah disaat yang lain meninggalkan kedua wasiat mahal Sang Rasul.
Mereka adalah para muslimah yang masih tetap menutup auratnya, sekalipun terik dan panas menyengat, disaat yang lain memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya.
Mereka adalah para muslimah yang masih mampu bangkit dan berjuang untuk kemuliaan hidup sebagaimana yang digariskan Tuhannya disaat yang lain bermain-main.
Mereka adalah para muslimah yang tak pernah putus asa meraih rahmat Tuhannya, disaat yang lain sudah tak lagi mempedulikannya.
Mereka adalah para muslimah yang gemar beribadah disaat yang lain jauh dari Tuhannya.
Mereka adalah para muslimah yang ridho dengan keputusan Allah disaat yang lain selalu menggerutu dan menyalahkan keadaan.
Mereka adalah para muslimah yang mengumpulkan bekal ketakwaan untuk kampung akhirat disaat yang lain telah terlena dengan kenikmatan dunia.

Semoga Allah masih menyisahkan muslimah tangguh pendobrak peradaban.

Ari farouq (terinspirasi dari tulisan ustadz herfi)
Surabaya, 10 Juli 2015
23 Ramadhan 1436 H

1 komentar :