Sabtu, 12 Juli 2014



Bagian dari janji


Sekian panjang perjalanan ini
Kadang lelah menggelayut dalam hati
Ku tengok kanan kiri
Namun yang kulihat sunyi dan sepi
 


Akhirnya aku menyadari bahwa jalan para pejuang ini begitu sepi
Jalan yang dihindari sekian banyak insan
Karena memang jalan itu tak hanya terjal mendaki,  bahkan penuh onak duri
Ah tapi , bahkan juga racun yang mematikan
dan mata pedang yang akan rancahkan tubuh lemah ini
Jalan itu, sungguh jalan penuh ujian

akhirnya aku menyadari, bahwa jalan para pejuan, adalah jalan sunyi
di sepanjang jalan, kita hanya dituntut memberi, memberi dan memberi
Entah kapan kita akan menerima
Karena, sepanjang langkah itu pula, kita hanya dituntut untuk berkorban, berkorban dan berkorban
Dan entah sampai kapan ini berjalan ,Entah kapan sampai kapan kita sempat mengempuskan napas kelegaan
Pun di jalan itu, setapak yang kita tegak, yang ada hanya lelah, lelah dan lelah


Ya, akhirya aku menyadari, bahwa jalan para pejuang  sunyi dan sepi
Sangat sepi, senyap, ngelangut, tanpa gebyar
Kian ke atas, jalan itu kian sepi penggemar
Kian terjal, bahkan tubuh pun harus kian tunduk merangkak
Pantas saja, begitu banyak yang terlempar jatuh berguguran

Ya, aku menyadari, memang  jalan para pejuang itu, sungguh sangat sepi
Tapi, entah mengapa, para insan mulia, lebih memilih jalan ini ?
Apakah yang mereka cari?
Apa yang mereka harapkan dari ini ?
Lalu apa yang membuat mereka tetap tegak di tengah badai dan caci maki ?
Apakah yang membuat mereka tegar meski  badan tercabik nyeri?
Tak jarang cacian umpatan hinaan bahkan ancaman di jumpai
Apakah yang membuat mereka terus bertahan, meski luka-luka senantiasa mendera?
Bahkan, jiwa pun ada kalanya terengut oleh pedang-pedang para tirani

Ya Rasulullah, aku ingin bertanya kepadamu

Mengapa kau memilih jalan sunyi itu ?
sementara kehidupan penuh kemapanan menantimu?

Mengapa engkau memilih matahari di letakkan di tangan kananmu,
dan bulan diletakkan di tangan kirimu, sehingga engkau pun memikul beban yang sedemikian beratnya?

Mengapa engkau memilih kehidupan penuh ranjau ?
kesulitan dalam boikot kaum kuffar di Syi’b Bani Hasyim selama bertahun-tahun ?

Sementara kehidupan penuh kemewahan menggapai-gapai di belakangmu ?

Mengapa engkau membiarkan tubuhmu nan mulia ditimpuki batu-batu para budak Bani Thaif ?


Apakah ada keindahan pada jalan sunyi, itu, Ya Rasulullah …

Katakan padaku ya Rasul ...


Wahai Abu Bakar, aku ingin bertanya kepadamu …

Mengapa engkau berikan kakimu sebagai penutup lubang di goa itu

Saat engkau membersamai Sang Pamungkas Anbiya …

Sedangkan kau tahu, lobang itu adalah sarang dari ular berbisa

Mengapa kau bersedia korbankan dirimu, membiarkan racun itu memasuki aliran darahmu?

Jalan seperti apa yang hendak kau pilih, wahai Ash-Shidiq?


Oh, sekarang aku mengerti …
Jalan para pejuang, memang jalan nan penuh luka
Tetapi, luka-luka itu ternyata syair indah penyandi cinta mulia
Dari Sang Maha Pecinta
Yang selimuti jiwa, mendekap erat, dan getarkan kehangatan dalam jiwa

Jalan para pengemban, memang jalan yang penuh duka
Tetapi, kegetiran itu, ternyata nyanyian merdu pematik bahagia
Atas kelembutan Rahman dan Rahim-Nya
Kenikmatan itu, menguar datang  dari seluruh penjuru mata angin
Ke elokan itu, memasuki aliran darah dalam dalam raga insan mulia
Membuncahkan debar-debar nanian dari  tak terhingga
Merencahkan hati dan jiwa pada titik kejelitaan

Dan, jalan penuh duri itu, ternyata akan mengantar kita
Kepada keindahan memandang wajah-Nya
Kepada keluasan rahmat dan hidayah-Nya
Kepada kenikmatan tiada tara di Jannahnya-Nya

Dan aku menyadari ini , kita adalah bagian dari janji
Menepis segala luka yang ada dan menhadirkan senyum ikhlas dalam diri
Semua memang pahit tak jarang bahkan mematikan rasa tapi tidak cinta kepadan-NYA

Oh, kalau begitu adanya, biarlah aku merapal kata-kata indah darimu, para pejuang

Aku ingin menjadi bagian dari janji

Seandainya ada seribu jiwa yang menempuh jalan ini, semoga aku termasuk di dalamnya

Seandainya ada seratus jiwa yang rela menapaki jalan ini, semoga aku termasuk di dalamnya

Seandainya ada sepuluh jiwa yang tertatih menekuri jalan ini, semoga aku pun ada di dalamnya

Pun, jika hanya ada satu jiwa yang ridha menjadikan jalan  ini sebagai alur kehidupannya ….

Semoga ia adalah aku …

Gresik,14 Ramadhan 1434 H
12/07/2014

0 komentar :

Posting Komentar