Rabu, 10 Juni 2015



Pagi kemarin saya berkesmpatan untuk hadir di “expert  forum” , forum yang cukup menarik yang  di adakan lajnah khusus intelektual Dpd I HTI Jatim ini menghadirkan Bapak Fuad amsyari Ph.D, beliau adalah ketua dewan kehormatan pusat Partai Bulan Bintang, selain itu beliau juga merupakan dosen di universitas airlangga surabaya, tak hanya itu, beliaupun secara rutin mengasuh kajian tafsir seminggu sekali di rumah pribadinya di surabaya. 

Pada “expert forum kemarin” beliau menyampaikan tema yang cukup menarik, tentang “keunggulan sisitem yang syar’i dengan sistem sekuler”, tapi kali ini bukan ini yang mau saya mau bahas.

Ada hal yang cukup menarik  pada saat beliau selesai menyampaikan presentasinya, kami ( yang ada di forum tersebut) ngobrol-ngobrol santai, Di awalai dengan perkenalan satu persatu peserta di forum terbatas tersebut Beliau menyampaikan sesuatu yang membuat saya begitu terkesan dan akhirnya tertunduk lesu. Kurang lebih seperti ini belau menyampaikan “banyak orang yang menganggap remeh syurga dan neraka, pahala dan dosa, padahal itu sesuatu di luar kemampuan manusia untuk menjangkaunya, banyak orang yang menganggap hanya dengan berbuat baik, hanya dengan bersedekah, hanya dengan melaksanakan ibadah umroh akan bisa mendapatkan syurga, banyak yang berpikir hanya dengan beramal sholeh, berbuat baik kepada orang lain bisa menggugurkan dosa-dosanya, padahal kita tahu Allah telah menyampaikan pada kita bahwa syurga itu tidak murah, Ada syarat yang harus terpenuhi untuk meraihnya.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka”. (QS At Taubáh: 111).

Ini mengingatkan saya pada kisah  Ibrahim bin Adham

Pada suatu waktu Ibrahim bin Adham pernah melakukan suatu perjalanan, tiba-tiba di tengah perjalanan ia mencari sebuah tempat untuk menunaikan hajatnya (toilet). 
Tampak seorang pemuda berjaga di tempat tersebut, lalu mengatakan: “jika kau mau masuk ke tempat ini, haruslah kau membayarnya” ungkapnya pada lelaki paruh baya itu. 

Mendengar ucapan tersebut, Ibrahim bin Adham pun terdiam dan menitikkan air mata. 
Pemuda tersebut heran, seraya berkata: "jika kau tak punya uang, carilah tempat lain”. 
Akhirnya Ibrahim bin Adham pun menjawab “aku menangis, bukan karena tidak memiliki uang. Aku menangis karena merenungi, jika tempat sekotor ini saja harus dibayar untuk memasukinya, apalagi surga yang begitu indah…”

Marilah kita ranungkan, sudah pantaskah kita mendapatkan syurga yang setiap hari kita memintanya, setiap saat kita memohonkanya, setiap waktu kita mengharapkanya, sudah pantaskah kita mengharpakan syurga, sedangakan amal amal solih yang kita kerjakan masih seadanya, sering berbuat semaunya.

Marilah kita renungkan sejenak, apakah kita benar-benar mengarakanya atau hanya sekedar angan-angan belaka tanpa ada perbutan nyata untuk merenguknya.

Padahal ada harga yang harus di bayar, ada syarat yang harus terpenuhi untuk merengguk manisnya kelak.

Semoga kita selalu di beri olah Allah dzat yang maha sempurna pemilik diri ini dan seluruh alam semesta, kemudahan, kesabaran, dan keistiqomahan salam menjalani setiap perintahNya dan menjahui apa saja yang di cela olehNya.

Ari Farouq
Surabaya, 10 Juni 2015

0 komentar :

Posting Komentar