30 Hari di bumi
Lamongan
Paciran, bumi
penuh keindahan dan keelokan, tempat religius tanpa sedikitpun ambisius. Penuh
harap tak sedikitpun tersingkap. Menggoda siapa yang singgah di dalamnya, tak
jarang bermimpi menetap di atas pijakan tanahnya. Keramahan penduduknya tak
kalah menariknya, di ujung bibir pantai keelokan alamnya di ujung sana pula
harapan luas menantinya. Inilah keindahan jagat raya yang tak terhitung
nilainya, membentang luas di atas bumi nusantara. Sungguh tak sangguplah pena
menuliskan keindahanya, tak cukuplah tinta menggambarkan keagunagnya.
25 agustus
2014 kupijakan kaki yang lunglai di bumi paciran, lamongan. bersama teman-teman
angkatan 2012, program KKN pun di mulai dan semua bermula dari sini. Setelah
pembukaan di kantor kecamatan paciran bersama para dosen pembibing dan staff
kecamatan, akhirnya di lanjutkan ta’aruf dengan perangkat desa yang akan menadi
persinggahan (sumur gayam), desa yang tak jauh dari bibir pantai yang penuh
keindahan. Setalah saling mengenakan diri dengan perangkat desa dan memberi
penjelasan harapan dan program yang ingin di capai selama kuliah kerja nyata di
sini. Dangan sedkit di iringi canda suasana pun makin akrab, seolah kami sudah
tak asing di desa ini. Setelah lumyan lama kami ngobrol tak terasa adzan
dzuhurpun berkuandang, ternyata keakraban kami membuat suasan nyaman hingga
larut tak terasa, Perjalanan pun di lanjutkan di dusun padeg salah satu dusun
yang berada di desa sumurgayam paciran. Dusun yang terletak agak jauh dari
balai desa itupun menyambut kami dengan ramah, suasana dusun yang masih asri
melambaikan tanganya tuk sambut kedatangan kami. Alam yang menyimpan paronama
yang begitu indah membuat kami lagi-lagi harus di buat kagum dan bersyukur atas
keindahan nikmatNya. Dan yang jauh lebih penting adalah keramahan penduduk yang
membuat kami makin betah menghirup udaranya.
Gubuk sederhana penuh makna
Setelah perkenalan
di balai desa lalu kami meluncur menuju tempat tinggal yang telah di sediakan,
maskipun jauh jarak antara balai desa dengan tempat tinggal yang akan kami
tempati, namun semngat kami masih membara dalam jiwa, ingin rasanya sekali
cepat sampai dan membaringkan tubuh ini yang sudah letih dan lelah, setelah
beberapa lama menikmati perjalanan melawati sawah dan menyusuri kebun siwalan akhirnya
kami tiba di rumah yang telah di sediakan pak mukhlar ( kepala dusun
padeg-sumurgayam), rumah yang sederhana bahkan boleh di katakan kecil sekali
untuk di temapayi oleh 10 manusia :D, ah namapakanya bagi kami itu tak jadi
masalah, ini lebih dari cukup untuk persinggahan dalam mengabdi, menerpa hati
dan mendewasakan diri. Kerena tujuan kami bukanlah senang-senang atau
keuntungan materi , tapi belajar pada alam dan kehidupan bersosial dengan masyarakat
dalam alam nyata. Menggali masalah yang ada, menawarkan solusi yang nyata.
Mengaplikasikan ilmu yang sudah di dapat di kampus agar masyarakat lebih
terurus.
Mungkin
kalau di bandingkan dengan rumah teman-teman dari kelompok lain ini amatlah jauh,
namun mau tidak mau inilah yang harus kami tempati selama 30 hari nanti. Rumah ini
begitu sederhana, namun di balik itu tersimpan sejuta makna. 30 hari kedepan
inilah tempat kami , inilah tempat berlindung kami dari sengatan matahari
pesisir pantai. Biarlah tempat ini kelak menjadi saksi salah satu perjalanan
hidup kami, menjadi saksi bisu perjuangan para pemuda liar penuh visi besar.
Kalau
boleh jujur ini bukan tempat yang kami inginkan, tentu kami ingin tempat yang
jauh lebh besar dengan segala kelengkapan perabotan dan fasilitas. tapi inilah
yang terbaik yang di berikan Allah kepada kami. Karena kami yakin Allah tidak
akan memberikan yang kami mau, tapi yang kami butuhkan.
“Terkadang kita harus berada di tempat yang tidak kita harapkan, tempat
yang tidak kita inginkan seringkali membuat kita payah, menguras energi dan
pikiran tapi yakinlah itu semua kan membawa kita pada pengalaman yang berharga
dan m endewasakan kita”
“pun sebaliknya kita selalu ingin berada di tempat pilihan kita yang
nyaman dan nampak indah, namun percayalah tempat itu kan membat kita terlena
dalam kenyamanan yang semu, tempat itu tak akan membuat kita lebih baik dan
takkan mendewasakan kita. Tempat itu hanya akan melenakan kita. menempatkan
kita pada satu sudut sempit penuh keharuman melati yang beracun.”
Jadi tidak
perlu mengeluh dengan kondisi dan
keadaan kita, karena kita bisa merubah yang ada menjadi lebih baik dan
bermakna. Kita bisa buat visa besar untuk merubah sudut dunia agar jauh lebih
indah. Karena perubahan itu bukan persoalan kondisi dan tempat . tapi soal
kemauan dan keyakinan, mau merubah dan yakin kan bisa.
Teruslah melangkah menggiring
langkah kaki berjalan meretas asa dia atas jalan perjuangan, kalau perlu berlarilah
secepat mungkin tinggalkan semua kenyamanan
yang sering mnghambat langkah kita menuju perubahan.
Kesederhanaan ini telah
memberikan pelajaran yang amat mahal, bagaimana seharusnya menjalani Kehidupan
yang penuh dengan onak duri. Seperti halnya sejarah telah menuliskanya , orang
–orang besar lahir dari kesederhanaan dan tekad yan kuat, bukan dari kemewahan
harta.
Dalam
kesederhanaan pun terkadang lebih menyenangkan dari pada hidup dalam kemewahan.
Kesederhanaan sering kali mengajarkan kebersamaan, rasa syukur dan kedewasaan
cara berfikir. Kalaupun kita menengok sejarah bagaimana orang-orang hebatpun
terlahir dari kesederhanaan lalu di didik dengan penuh semangat dan keyakinan.
Sejarah pun telah cukup sebagai pelajaran yang mahal bagi kehidupan saat ini.
Tinggal memilih jalan mana yang akan di tempuh dalam mengarungi kehidupan ini.
Karena kamipun
yakin suatu kebahagiaan tidak akan tercapai dengan kesenangan dan hura-hura
belaka. Namun dengan perjuangan dan semangat pantang menyerah. Maka semangat
membara selalu terpecik dalam sanubari ini, melangkah, berjalan dan berlari
lebih cepat.
Ups....... lupa
Yang menjadikan kami kami senang
tentu keakraban kami , bagaimana tidak rumah yang sedemikian kecil harus di
huni 10 manusia, tapi ini yang menjadikan hari-hari semkin seru menyenangkan dan tentunya penuh makna donk . . . :D
“ suatu saat keadaan akan membawa kita berada di sekelling orang-orang
super idiot, namun perlulah kita ingat Allah kan menghadirkan orang-orang hebat
yang kan menjadi guru kehidupan kita, yang kan mengajarkan kita cara menghadapi
para idiot itu.”
Pesan menggugah penuh makna
Sebagai
seorang mahasiswa yang minim akan
pengalaman. tentunya kita harus lebih banyak belajar termasuk dari orang-orang
yang kita anggap biasa, sore itu ada kesmpatan untuk melkihat petani aren,
kebetulan ada orang orangnya di kebun itu jadi bisa langsung tanya-tanya. Dengan
usia yang tergolong sudah sepuh ( tua ) bapak itu masih semangat dan dengan
gesitnya memanjat pohon aren yang tinggi, aku sang jek enom dorong mesti wani
menek wat sak mono dukure hehehe ( aku yang masih muda belum tentu barani
manjat pohon setingi itu ). Sekian lama menunggu pak petaniyang masih
bergelantungan di atas pohon yang lagi menggambil air legen yang sudah dari
tadi pagi di psaang, sekaligus juga memasang wadah di atas untuk di ambil besok
pagi, dan akhirnya turun dengan membawa 2 bambu yang terisi air legen yang
berasal dari getah pohon aren.
Kami
pun ngobrol dengan santai, di suguhkan pula segelas air legen ynag masih segar
yang baru saja panen. Ternyata sebagian dari panen hari ini ada yang di rebus
agar bisa awat sampai besok. Dari obrolan kami ada pesan mengugah penuh makna,
ternyata hanya dengan berkebun aren bapak ini mampu membiayai anak-anakanya
sampai ke perguruan tinggi. Tentu samangatanya untuk menjadikan anakanya jauh
lebih baik amat besar, berharap anak-anaknya bisa bermanfaat bagi yang lainya. tentu ini menjadi inspirasi tersendiri bagi didi ini , untuk lebih semangat, mengasah potensi yang di anugerahkan Allah kepada kita Manusia.
ada kalimat yang masih terngiang dan tak akan kulupakan ------
iya , pernagkat yang masih muda inilah inspirasi kami, inilah motor penggerak disaat mesin tua itu mulai mogok ta mau jalan... ya pak mukhlas... somoga tulisan ini sampai di hadapan anda pak . . .
"Massa masu massa mencari relasi –
massa tua massa menikmati relasi ( p. Mukhlas )"
****************************
Tempat ini telah menjarkan kami berbagai hal, berbagai macam pelajan mahal tentang kehidupan. Sesekali kita
harus meniggalkan keriuhan jagat ini, untuk melangkah ke tampat yang asing yang
lebih indah menyendiri dan bertafkkur kepada alam ini, meninggalkan penat
keramian dunia ini. Mengunjunggi tempat yang jauh lebih mempesona dari sebagian
nkmat Ilahi yang berada di sudut bumi ini, meskipun tanpa harus foto-foto lalu
memamerkanya. Yakinlah di ujung dunia ini masih banyak hal-hal baru yang belum
kita kenal, ada banyak hal yang menakjubkan yang masih tersimpan oleh sangkar
emas nusantara.
*******
Dan..............
Terimkasih paciran engkau telah
mengajarkan kami kesederhanaan, yang tidak kami dapatkan di sisi bumi yang lain.
Terimakasih paciran, engkau mengajarkan
kami bagaimana harus mengahadapi orang-orang hebat di tengah suasana asing.
Terimkasih paciran, engkau telah
ajarkan pada kami, bagaimana harus berucap, bertindak di tengah – tengah
masyarakat yang beda.
########################
Dan ini adalah
secuil bagian dari kisah perjalanan penuh tantangan dalam kehidupan yang takan
terlupakan. Alam ini kan menjadi saksi betapa indah kehidupan ini, biarkan alam
kan ceritakan kepada anak cucu kita tentang kita tengah yang mengarungi zaman bertempur dengan gencaran ombak kehidupan.
Mungkin tak
banyak hal yang bisa saya bagikan di sini karena mungkin keterbatasan
kemampuan, yang pasti setiap jengkal langkah kita, helaan nafas kita, detakan
jantung kita, kan membawa cerita , baik itu indah maupun yang yang penuh luka.
Dan setiap perjalanan kita kan membawa cerita yang tak bisa terlupakan
sepanjang massa. Tinggal kita maknai itu semua dengan hal-hal yang baik dan
indah.
"Tak ada kisah yang sempurna, yang
hanya penuh ke’elokan , semua kan bercampur dalam satu dimensi kisah kehidupan
antara suka-duka, sedih-senang, menyedihkan atau bahkan membahagiakkan. Tinggal
kita mengemasnya dengan sentuhan keikhlasan."
“Senja Mengemis pada waktu, untuk memutar semua kisah indah di desa
penuh harapan. Rasa ini berkata, sambil meneteskan air matanya "biarlah
ini menjadi kenangan yang terus Kau simpan, pesona keelokan desa ini tidak akan
kemana. Dia akan setia menunggu para manusia yang siap mewujudkan
harapannya"
Dan
detik berlalu....
Massa berganti......
Satu bulan tak terasa, Kini kita
di akhir jumpa.
Kini mata tak lagi melihat
sosoknya, telinga taka lagi mendengar suaranya, tapi kenangan itu tersimpan
rapi di sini, di relung hati ini. Meski perpisahan manjadi ujung takdir
pertemuan dan jarak terpisah Jutaan jejak.....
Namun , aksara demi aksara yang
terucap , masalah –demi masalah yang menyapa pun dengan segala upaya dan solusi
yang kita tawarkan, dan kata demi kata yang di ajarkan pun dengan do’a demi
do’a yang di lantunkan masih terekam jelas dalam ingatan, suatu hari nanti ,
mungkin Allah takdirkan ada massa yang terulanag kembalinya sebuah pertemuan
semoga ... dan tak lupa candaan yang tak terlupakan , menjadi pencair suasana
tegang, meskipun terkadang terlampau berlebihan tapi itulah yang menjadikan
beda dan mewarnaia kehidupan.
Suatu saat pasti aku akan rindu,
mungkin dunia tidak pernah tahu kerinduanku di pojok rumah sederhana, untuk
menemani perjalanan panjang pengabdian ilmu. Aku rindu melihat wajah-wajah
lusuh duduk, tidur di atas tikar penuh tambalan. manis dari penutut ilmu walau
terkadang harus menunggu. Dan pertemuan itu kita mulai dengan syahdu
kesederhanaan tlah mengajarkanku di malam itu dan aku rindu dan semoga engkau
juga begitu . -_-
Terakhir dan
yang paling utama tentuunya saya pribadi mengucapkan dan mengapresiasi
perjuanagn teman-teman, dengan berbagai kemampuan dan keahlian di bidangnya
akhirnya berkolaborasi menjadi suatu kekuatan yang utuh , mulai dari kordes dan
anggota semuanya.... andaikan ada 10 jempol pasti ku berikan kepada kalain ,
andikan ada 1000 jempolpun kan pantas tuk ku berikan kepda kalian. . . . . J selamat berjuang.
Dan maaf bila ucap dan tindak
sering terlampau , kuharap itu tak sengaja dan moga manjadi penyeimbang dalam
jiwa.
Lamongan, 25 september 2014
0 komentar :
Posting Komentar