Kamis, 02 Oktober 2014



30 Hari di bumi Lamongan

Paciran, bumi penuh keindahan dan keelokan, tempat religius tanpa sedikitpun ambisius. Penuh harap tak sedikitpun tersingkap. Menggoda siapa yang singgah di dalamnya, tak jarang bermimpi menetap di atas pijakan tanahnya. Keramahan penduduknya tak kalah menariknya, di ujung bibir pantai keelokan alamnya di ujung sana pula harapan luas menantinya. Inilah keindahan jagat raya yang tak terhitung nilainya, membentang luas di atas bumi nusantara. Sungguh tak sangguplah pena menuliskan keindahanya, tak cukuplah tinta menggambarkan keagunagnya.

25 agustus 2014 kupijakan kaki yang lunglai di bumi paciran, lamongan. bersama teman-teman angkatan 2012, program KKN pun di mulai dan semua bermula dari sini. Setelah pembukaan di kantor kecamatan paciran bersama para dosen pembibing dan staff kecamatan, akhirnya di lanjutkan ta’aruf dengan perangkat desa yang akan menadi persinggahan (sumur gayam), desa yang tak jauh dari bibir pantai yang penuh keindahan. Setalah saling mengenakan diri dengan perangkat desa dan memberi penjelasan harapan dan program yang ingin di capai selama kuliah kerja nyata di sini. Dangan sedkit di iringi canda suasana pun makin akrab, seolah kami sudah tak asing di desa ini. Setelah lumyan lama kami ngobrol tak terasa adzan dzuhurpun berkuandang, ternyata keakraban kami membuat suasan nyaman hingga larut tak terasa, Perjalanan pun di lanjutkan di dusun padeg salah satu dusun yang berada di desa sumurgayam paciran. Dusun yang terletak agak jauh dari balai desa itupun menyambut kami dengan ramah, suasana dusun yang masih asri melambaikan tanganya tuk sambut kedatangan kami. Alam yang menyimpan paronama yang begitu indah membuat kami lagi-lagi harus di buat kagum dan bersyukur atas keindahan nikmatNya. Dan yang jauh lebih penting adalah keramahan penduduk yang membuat kami makin betah menghirup udaranya.

Gubuk sederhana penuh makna

Setelah perkenalan di balai desa lalu kami meluncur menuju tempat tinggal yang telah di sediakan, maskipun jauh jarak antara balai desa dengan tempat tinggal yang akan kami tempati, namun semngat kami masih membara dalam jiwa, ingin rasanya sekali cepat sampai dan membaringkan tubuh ini yang sudah letih dan lelah, setelah beberapa lama menikmati perjalanan melawati sawah dan menyusuri kebun siwalan akhirnya kami tiba di rumah yang telah di sediakan pak mukhlar ( kepala dusun padeg-sumurgayam), rumah yang sederhana bahkan boleh di katakan kecil sekali untuk di temapayi oleh 10 manusia :D, ah namapakanya bagi kami itu tak jadi masalah, ini lebih dari cukup untuk persinggahan dalam mengabdi, menerpa hati dan mendewasakan diri. Kerena tujuan kami bukanlah senang-senang atau keuntungan materi , tapi belajar pada alam dan kehidupan bersosial dengan masyarakat dalam alam nyata. Menggali masalah yang ada, menawarkan solusi yang nyata. Mengaplikasikan ilmu yang sudah di dapat di kampus agar masyarakat lebih terurus.

Mungkin kalau di bandingkan dengan rumah teman-teman dari kelompok lain ini amatlah jauh, namun mau tidak mau inilah yang harus kami tempati selama 30 hari nanti. Rumah ini begitu sederhana, namun di balik itu tersimpan sejuta makna. 30 hari kedepan inilah tempat kami , inilah tempat berlindung kami dari sengatan matahari pesisir pantai. Biarlah tempat ini kelak menjadi saksi salah satu perjalanan hidup kami, menjadi saksi bisu perjuangan para pemuda liar penuh visi besar.

Kalau boleh jujur ini bukan tempat yang kami inginkan, tentu kami ingin tempat yang jauh lebh besar dengan segala kelengkapan perabotan dan fasilitas. tapi inilah yang terbaik yang di berikan Allah kepada kami. Karena kami yakin Allah tidak akan memberikan yang kami mau, tapi yang kami butuhkan.

“Terkadang kita harus berada di tempat yang tidak kita harapkan, tempat yang tidak kita inginkan seringkali membuat kita payah, menguras energi dan pikiran tapi yakinlah itu semua kan membawa kita pada pengalaman yang berharga dan m endewasakan kita”

“pun sebaliknya kita selalu ingin berada di tempat pilihan kita yang nyaman dan nampak indah, namun percayalah tempat itu kan membat kita terlena dalam kenyamanan yang semu, tempat itu tak akan membuat kita lebih baik dan takkan mendewasakan kita. Tempat itu hanya akan melenakan kita. menempatkan kita pada satu sudut sempit penuh keharuman melati yang beracun.”

Jadi tidak perlu mengeluh dengan kondisi dan  keadaan kita, karena kita bisa merubah yang ada menjadi lebih baik dan bermakna. Kita bisa buat visa besar untuk merubah sudut dunia agar jauh lebih indah. Karena perubahan itu bukan persoalan kondisi dan tempat . tapi soal kemauan dan keyakinan, mau merubah dan yakin kan bisa.

Teruslah melangkah menggiring langkah kaki berjalan meretas asa dia atas jalan perjuangan, kalau perlu berlarilah secepat mungkin tinggalkan semua kenyamanan  yang sering mnghambat langkah kita menuju perubahan.

Kesederhanaan ini telah memberikan pelajaran yang amat mahal, bagaimana seharusnya menjalani Kehidupan yang penuh dengan onak duri. Seperti halnya sejarah telah menuliskanya , orang –orang besar lahir dari kesederhanaan dan tekad yan kuat, bukan dari kemewahan harta.

Dalam kesederhanaan pun terkadang lebih menyenangkan dari pada hidup dalam kemewahan. Kesederhanaan sering kali mengajarkan kebersamaan, rasa syukur dan kedewasaan cara berfikir. Kalaupun kita menengok sejarah bagaimana orang-orang hebatpun terlahir dari kesederhanaan lalu di didik dengan penuh semangat dan keyakinan. Sejarah pun telah cukup sebagai pelajaran yang mahal bagi kehidupan saat ini. Tinggal memilih jalan mana yang akan di tempuh dalam mengarungi kehidupan ini.

Karena kamipun yakin suatu kebahagiaan tidak akan tercapai dengan kesenangan dan hura-hura belaka. Namun dengan perjuangan dan semangat pantang menyerah. Maka semangat membara selalu terpecik dalam sanubari ini, melangkah, berjalan dan berlari lebih cepat.

Ups....... lupa

Yang menjadikan kami kami senang tentu keakraban kami , bagaimana tidak rumah yang sedemikian kecil harus di huni 10 manusia, tapi ini yang menjadikan hari-hari semkin seru menyenangkan dan tentunya penuh makna donk . . . :D

“ suatu saat keadaan akan membawa kita berada di sekelling orang-orang super idiot, namun perlulah kita ingat Allah kan menghadirkan orang-orang hebat yang kan menjadi guru kehidupan kita, yang kan mengajarkan kita cara menghadapi para idiot itu.”


Pesan menggugah penuh makna

Sebagai seorang mahasiswa  yang minim akan pengalaman. tentunya kita harus lebih banyak belajar termasuk dari orang-orang yang kita anggap biasa, sore itu ada kesmpatan untuk melkihat petani aren, kebetulan ada orang orangnya di kebun itu jadi bisa langsung tanya-tanya. Dengan usia yang tergolong sudah sepuh ( tua ) bapak itu masih semangat dan dengan gesitnya memanjat pohon aren yang tinggi, aku sang jek enom dorong mesti wani menek wat sak mono dukure hehehe ( aku yang masih muda belum tentu barani manjat pohon setingi itu ). Sekian lama menunggu pak petaniyang masih bergelantungan di atas pohon yang lagi menggambil air legen yang sudah dari tadi pagi di psaang, sekaligus juga memasang wadah di atas untuk di ambil besok pagi, dan akhirnya turun dengan membawa 2 bambu yang terisi air legen yang berasal dari getah pohon aren.

                Kami pun ngobrol dengan santai, di suguhkan pula segelas air legen ynag masih segar yang baru saja panen. Ternyata sebagian dari panen hari ini ada yang di rebus agar bisa awat sampai besok. Dari obrolan kami ada pesan mengugah penuh makna, ternyata hanya dengan berkebun aren bapak ini mampu membiayai anak-anakanya sampai ke perguruan tinggi. Tentu samangatanya untuk menjadikan anakanya jauh lebih baik amat besar, berharap anak-anaknya bisa bermanfaat bagi yang lainya. tentu ini menjadi inspirasi tersendiri bagi didi ini , untuk lebih semangat, mengasah potensi yang di anugerahkan Allah kepada kita Manusia.


ada kalimat yang masih terngiang dan tak akan kulupakan ------
iya , pernagkat yang masih muda inilah inspirasi kami, inilah motor penggerak disaat mesin tua itu mulai mogok ta mau jalan... ya pak mukhlas... somoga tulisan ini sampai di hadapan anda pak . . .

"Massa masu massa mencari relasi – massa tua massa menikmati relasi ( p. Mukhlas )"


****************************
       Tempat ini telah menjarkan kami berbagai hal, berbagai macam pelajan mahal tentang kehidupan. Sesekali kita harus meniggalkan keriuhan jagat ini, untuk melangkah ke tampat yang asing yang lebih indah menyendiri dan bertafkkur kepada alam ini, meninggalkan penat keramian dunia ini. Mengunjunggi tempat yang jauh lebih mempesona dari sebagian nkmat Ilahi yang berada di sudut bumi ini, meskipun tanpa harus foto-foto lalu memamerkanya. Yakinlah di ujung dunia ini masih banyak hal-hal baru yang belum kita kenal, ada banyak hal yang menakjubkan yang masih tersimpan oleh sangkar emas nusantara.

*******

Dan..............
Terimkasih paciran engkau telah mengajarkan kami kesederhanaan, yang tidak kami dapatkan di sisi bumi yang lain.
Terimakasih paciran, engkau mengajarkan kami bagaimana harus mengahadapi orang-orang hebat di tengah suasana asing.
Terimkasih paciran, engkau telah ajarkan pada kami, bagaimana harus berucap, bertindak di tengah – tengah masyarakat yang beda.

########################

Dan ini adalah secuil bagian dari kisah perjalanan penuh tantangan dalam kehidupan yang takan terlupakan. Alam ini kan menjadi saksi betapa indah kehidupan ini, biarkan alam kan ceritakan kepada anak cucu kita tentang kita tengah yang mengarungi zaman bertempur dengan gencaran ombak kehidupan.
Mungkin tak banyak hal yang bisa saya bagikan di sini karena mungkin keterbatasan kemampuan, yang pasti setiap jengkal langkah kita, helaan nafas kita, detakan jantung kita, kan membawa cerita , baik itu indah maupun yang yang penuh luka. Dan setiap perjalanan kita kan membawa cerita yang tak bisa terlupakan sepanjang massa. Tinggal kita maknai itu semua dengan hal-hal yang baik dan indah.

"Tak ada kisah yang sempurna, yang hanya penuh ke’elokan , semua kan bercampur dalam satu dimensi kisah kehidupan antara suka-duka, sedih-senang, menyedihkan atau bahkan membahagiakkan. Tinggal kita mengemasnya dengan sentuhan keikhlasan."

“Senja Mengemis pada waktu, untuk memutar semua kisah indah di desa penuh harapan. Rasa ini berkata, sambil meneteskan air matanya "biarlah ini menjadi kenangan yang terus Kau simpan, pesona keelokan desa ini tidak akan kemana. Dia akan setia menunggu para manusia yang siap mewujudkan harapannya"

Dan
detik berlalu....
Massa berganti......
Satu bulan tak terasa, Kini kita di akhir jumpa.
Kini mata tak lagi melihat sosoknya, telinga taka lagi mendengar suaranya, tapi kenangan itu tersimpan rapi di sini, di relung hati ini. Meski perpisahan manjadi ujung takdir pertemuan dan jarak terpisah Jutaan jejak.....

Namun , aksara demi aksara yang terucap , masalah –demi masalah yang menyapa pun dengan segala upaya dan solusi yang kita tawarkan, dan kata demi kata yang di ajarkan pun dengan do’a demi do’a yang di lantunkan masih terekam jelas dalam ingatan, suatu hari nanti , mungkin Allah takdirkan ada massa yang terulanag kembalinya sebuah pertemuan semoga ... dan tak lupa candaan yang tak terlupakan , menjadi pencair suasana tegang, meskipun terkadang terlampau berlebihan tapi itulah yang menjadikan beda dan mewarnaia kehidupan.

Suatu saat pasti aku akan rindu, mungkin dunia tidak pernah tahu kerinduanku di pojok rumah sederhana, untuk menemani perjalanan panjang pengabdian ilmu. Aku rindu melihat wajah-wajah lusuh duduk, tidur di atas tikar penuh tambalan. manis dari penutut ilmu walau terkadang harus menunggu. Dan pertemuan itu kita mulai dengan syahdu kesederhanaan tlah mengajarkanku di malam itu dan aku rindu dan semoga engkau juga begitu . -_-

Terakhir dan yang paling utama tentuunya saya pribadi mengucapkan dan mengapresiasi perjuanagn teman-teman, dengan berbagai kemampuan dan keahlian di bidangnya akhirnya berkolaborasi menjadi suatu kekuatan yang utuh , mulai dari kordes dan anggota semuanya.... andaikan ada 10 jempol pasti ku berikan kepada kalain , andikan ada 1000 jempolpun kan pantas tuk ku berikan kepda kalian. . . . . J selamat berjuang.

Dan maaf bila ucap dan tindak sering terlampau , kuharap itu tak sengaja dan moga manjadi penyeimbang dalam jiwa.


Lamongan, 25 september 2014

0 komentar :

Posting Komentar