Jumat, 27 Juni 2014




Sya’ban di persimpangan, Ramadahan tiba di hadapan
Di persimpangan jalan, 
Sya’ban menengok kiri dan kanan
Jelas sudah dua pilihan
Bagai sepasang cawan yang dihidangkan


Pada sisi kiri, tangan-tangan frustasi melambai-lambai tawarkan keindahan yang liar
Teriakan linu menguar dari mulut-mulat  kering dan jiwa lapar
Sementara, terus merasuk ke kiri, jurang menganga lebar
Menampilkan tawa gahar sepanas lahar
Dan batu-batu tajam berserak di dasar
Orang-orang ringkih berbaris di tepi jurang
Tanpa pegangan
Selangkah demi selangkah mundur ke belakang
Terdorong empasan badai kehidupan
Sistem kehidupan  yang kacau tak karuan
Tinggal sejengkal lagi
Mereka terbanting ke jurang, bakal remuk bertilam bebatuan

Di kanannya,  semerbak mawar hantarkan keharuman di depan pintu kemuliaan
Hadirkan nuansa yang begitu beda
Perut-perut yang kian membuncit berdendang rancak
Dengan seruan nikmat mulut yang tak henti mencecap 
Mobil mewah, rumah megah, gaya hidup nan wah
Gemerlap fana memulas realita

Sya’ban di persimpangan jalan
Tertegun lama mengharap yang di depan
Dua Perasaan saling bergeliat dalam relung kehidupan
Bahagia atau cemas ?
Senang atau sedih dalam hati ?

Ramadhan menjalang
Persiapan hati entah
Persiapan diri enggan
Persiapan niat ku coba renungkan sejenak

Ramadhan , engkau begitu mulia
Datangnya egakau begitu di nantikan
Hadirnya engkau begitu di harapkan
Sampai manusia paling  mulia menyambut 6 bulan sebelumnya

Bagai bunga yang semerbak harum wangi dan begitu indah
Wangimu sudah tercium
Kembangmu sudah melambai
Keberkahan sudah terasa
Kemuliaan nampak di rasa

Kau janjikan Keberkahan, ampunan dan ramat
pintu neraka di tutup serapat-rapatnya
pintu syurga di buka selebar-lebarnya
yang penuh kedamaian, serta kebahagiaan
setiap nafas beraroma tasbih
setiap sunnah berbuah wajib
setiap kewajiban berlipat ganda

Ramadhan
apa engkau masih mengangapku ada
ketika setiap tahun ku menyia-nyiakanmu
sekedar lapar
sekedar haus
mata masih masksiat
tangan masih maksiat
mulut masih sering berkhianat
kaki melangkah tanpa arah hingga tersesat

Ramadahan,.... entah hati ini benar bahagia
Atau sekedar ikut nuansa
Atau ini hanya manis kemunafikan
Yang kubungkus dengan manisnya kata

Ramadahan,..... entah sudah berapa kali ku jumpai engkau
Tapi nyatanya kusiakan dan ku lewati tanpa harap ridho dan keagungan di dalamnya
Lagi –lagi hati ini berdusta
Mengarap surga tapi enggan ikut jalaNya

Sya’ban kini engkau di ujung persimpangan ramadhan telah menyambut di hadapan.

Marhaban ya ramadhan


oleh : Ari farouq

Gresik, 26 /06 / 14

0 komentar :

Posting Komentar