Sya’ban di persimpangan, Ramadahan tiba di hadapan
Di persimpangan jalan,
Sya’ban menengok kiri dan kanan
Jelas sudah dua pilihan
Pada sisi kiri, tangan-tangan
frustasi melambai-lambai tawarkan keindahan yang liar
Teriakan linu menguar dari mulut-mulat
kering dan jiwa lapar
Sementara, terus merasuk ke kiri,
jurang menganga lebar
Menampilkan tawa gahar sepanas lahar
Dan batu-batu tajam berserak di
dasar
Orang-orang ringkih berbaris di tepi
jurang
Tanpa pegangan
Selangkah demi selangkah mundur ke
belakang
Terdorong empasan badai kehidupan
Sistem kehidupan yang kacau tak karuan
Tinggal sejengkal lagi
Mereka terbanting ke jurang, bakal
remuk bertilam bebatuan
Di kanannya, semerbak mawar hantarkan keharuman di depan
pintu kemuliaan
Hadirkan nuansa yang begitu beda
Perut-perut yang kian membuncit
berdendang rancak
Dengan seruan nikmat mulut yang tak
henti mencecap
Mobil mewah, rumah megah, gaya hidup
nan wah
Gemerlap fana memulas realita
Sya’ban di persimpangan jalan
Tertegun lama mengharap yang di
depan
Dua Perasaan saling bergeliat dalam
relung kehidupan
Bahagia atau cemas ?
Senang atau sedih dalam hati ?
Ramadhan menjalang
Persiapan hati entah
Persiapan diri enggan
Persiapan niat ku coba renungkan
sejenak
Ramadhan , engkau begitu mulia
Datangnya egakau begitu di nantikan
Hadirnya engkau begitu di harapkan
Sampai manusia paling mulia menyambut 6 bulan sebelumnya
Bagai bunga yang semerbak harum
wangi dan begitu indah
Wangimu sudah tercium
Kembangmu sudah melambai
Keberkahan sudah terasa
Kemuliaan
nampak di rasa
Kau janjikan Keberkahan, ampunan dan
ramat
pintu neraka di tutup
serapat-rapatnya
pintu syurga di buka
selebar-lebarnya
yang penuh kedamaian, serta
kebahagiaan
setiap nafas beraroma tasbih
setiap sunnah berbuah wajib
setiap kewajiban berlipat ganda
Ramadhan
apa engkau masih mengangapku ada
ketika setiap tahun ku
menyia-nyiakanmu
sekedar lapar
sekedar haus
mata masih masksiat
tangan masih maksiat
mulut masih sering berkhianat
kaki melangkah tanpa arah hingga
tersesat
Ramadahan,.... entah hati ini benar
bahagia
Atau sekedar ikut nuansa
Atau ini hanya manis kemunafikan
Yang kubungkus dengan manisnya kata
Ramadahan,..... entah sudah berapa
kali ku jumpai engkau
Tapi nyatanya kusiakan dan ku lewati
tanpa harap ridho dan keagungan di dalamnya
Lagi –lagi hati ini berdusta
Mengarap surga tapi enggan ikut
jalaNya
Sya’ban kini engkau di ujung
persimpangan ramadhan telah menyambut di hadapan.
Marhaban ya ramadhan
oleh : Ari farouq
Gresik, 26 /06 / 14
0 komentar :
Posting Komentar