Selasa, 07 April 2015


Menikah, satu kata yang sensitif untuk di obrolkan, namun menjadi pembahsan yang malah sering kita dengar atau bahkan kita sendiri yang gemar membahas itu. menurut saya pribadi itu suatu yang wajar karena sebagai seorang muslim tentunya kita memahami pacaran dan sejenisnya bukanalah ajaran islam, dan menikah merupakan jalan satu-satunya untuk menuju ikatan suci nan mulia, jalan satu-satunya menghalalkan cinta suci.

Tapi yang terkadang kita dengar pembahsan menikah itu sendiri terkadang terlalu lebay, bagaimana tidak setiap hari bahkan setiap saat selalu kita dengar dan obrolkan. Di samping itu teman-teman yang sudah mendahuli melepas status lajangnya sering memotivasi untuk segera menikah atau terkadang cenderung memanas-manasi, sehingga niatan untuk menikah menjadi lebih kuat, entah itu karena niatan kita sejak awal atau karena hanya kepingin, yang sifatnya hanya datang ketika melihat dari hal-hal yang menyenangkan saja tanpa berfikir tanggung jawab di balik itu semua.

            Sebagian dari kita mungkin ada yang sangat abai dalam membahas masalah nikah karena merasa masih berstatus mahasiswa yang belum saatnya membahas apalagi memikirkan itu , masih ada target yang ingin di capai, tak ingin fokus belajarnya terganggu oeh hal-hal semacam itu. Di sisi lain ada yang terlalau lebay dalam membahas masalah nikah, seakan nikah menjadi visi hidupnya , atau akhir dalam pencarian yang panjang dalam hidupnya. Bahkan mungkin Aktivitas keseharian entah itu aktivitas sosial, bermasyarakat,organisasi maupun di sosial media , facebook, twitter,ym dan lainya bahkan aktivitas kuliah di jadikan kegiatan mencari pasangan hidup,“jala di tebar,pesona di sebar, jerat di jajar.untuk mencari pasanan yang ideal

bismillah sedikit kita buka pembahsan ini dalam al-qur’an ( mohon koreksinya)

“Allah berfirman, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki serta hamba-hamba sahayamu yang wanita. Jika mereka miskin, Allah akan membuat mereka kaya dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui." (QS. 13 : 38).

            Dari ayat di atas bisa kita simpulkan bahwa menikah adalah sebuah ajaran yang teramat mulia. namun tidak cukup sampai di situ pembahasan masalah ini tentu tak cukup hanya dengan satu motivasi yang membuat kita jadi ingin menyegerakana namun, kita harus berfikir objektif, sebagai sebuah IBADAH semestinya pembahasan nikah haruslah berimbang, “ketakutan,pengharapan dan cinta, ketiga elemeen inilah yang di harapakan mampu kita implementasikan sebagai seorang hamba yang mengabdi kepadaNYA.

Allah berfirman, “Kaum laki-laki itu adalah qowwam bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (QS. An-Nisa: 34).

             Dari ayat di atas kita bisa menyimpulkan bahwa laki-laki merupkan qowwam bagi perempuan/ istrinya kelak, jadi ada syarat yang harus kita miliki , yaitu pembibing bagi pasangan dan keluarga kita kelak, oleh karena itu menikah bukanlah suatu permainan yang bisa kita jalankan semaunya,di balik kenikmatan dan kesenangan, kebersamaan dan kasih sayang yang halal menjadi satu pelipur lara di kala sedih menghinggap, menjadi satu semangat di kala iman mulai tak seimbang. Namun di balik itu semua ada tanggung jawab dan konsekuensi yang amat sangat besar yang harus kita terima dan jalani. Ketika kita menikah, amanah kita bertambah. Ketika punya anak, semakin bertambah lagi. Maka, hisab kita di akhirat kelak, akan semakin panjang. “Bagaimana kau bersikap terhadap pasanganmu, anak-anakmu, mertuamu, adik-kakak iparmu, dst…”

      ” Jadi, wahai para lajang, sesungguhnya beban kita kelak di akhirat, jauuuuuh lebih ringan daripada para ibu, para bapak, yang kerepotan dengan anak-anak mereka. Bukankah Surga itu jauh lebih indah daripada apapun? Bukankah surga, dan ridha-Nya, adalah tujuan utama setiap manusia? Sedangkan menikah, berkeluarga, hanyalah sarana. Ketika Allah menakdirkan kita untuk tetap lajang, sesungguhnya jika kita ridho, maka kita Allah telah memberikan beban yang lebih ringan untuk menuju surga.

           Satu hal yang perlu kita ingat juga, Bukankah menikah merupakan separuh agama ??? Jika baik, ia adalah separuh jalan menuju surga. Tetapi jika buruk, maka… ia adalah separuh jalan menuju neraka. Na’udzubillahi min dzaalik.

            Namun, menikah tetaplah harus diusahakan. Ikhtiar harus dioptimalkan. Maka para ikhwan, mari berusaha lebih kuat dalam mencari ma’isyah. Ayo bekerja lebih keras lagi dalam meng-up grade diri. Jangan bermalas-malasan. Lihatlah deretan para perempuan yang tengah menanti (jialah pd banget....…hehehehe ) kasihan sekali mereka karena kita seringkali terlalu banyak pertimbangan. Dan para perempuan shalihah, ayo perkuat diri kalian. Bersiaplah menjadi Ummu Sulaim-Ummu Sulaim baru, yang mampu menghijrahkan Abu Thalhah dan menjadikan keislaman Abu Thalhah sebagai mahar pernikahan mereka.

Jadi, sikap terbaik menghadapi hal yang satu ini adalah dengan tetap TAWAKAL. Dan juga di imbangi dengan ikhtiar. Kalau memang sudah siap nunggu apa lagi , tapi kalau memnag belum siap ga usah di paksakan dengan galau di sosmed atau yang lainya, terus perbaiki kualitas diri kita dan terus luruskan niat suci kita, bagi yang sudah menikah terus meng-upgrade niat karena niat sering berubah di tengah jalan atau bahkan di penghujung jalan. semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi kita semua.

“jadi bukan untuk menundanya , tapi memperbaiki kualitas diri , hingga pantas untunknya.”
Allahu a’lam

saudaraumu
By : @ari farouq

gresik

0 komentar :

Posting Komentar